Saturday, July 26, 2008

BULAN SYA'BAN

. Saturday, July 26, 2008
0 comments

“Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulannya umatku. Siapa yang berpuasa satu hari di bulan Rajab, Allah akan memberinya surga dan dia akan dijauhkan dari kemarahan Allah, dan akan ditutup baginya pintu neraka.”



“Sesungguhnya Sya’ban adalah bulanku, siapa yang berpuasa sehari dalam bulan itu, maka surga baginya.”



“Siapa yang berpuasa di bulan Sya’ban karena cinta pada Rasulullah dan taqarrub ilal-Lah (keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah), dan keinginan untuk mendekatkan diri pada kemuliaan bulan ini, pada hari akhir nanti, dia akan dikaruniai surga.”



Menurut saya (yang sangat awam ini), sepertinya hikmah dari seruan Rasul agar kita berpuasa (dan melakukan berbagai amalan) pada dua bulan menjelang Ramadhan ini adalah untuk mempersiapkan jiwa manusia ketika bertemu dengan bulan Ramadhan. Bila kita sudah ‘latihan’ secara maksimal di dua bulan sebelumnya, insya Allah, kita akan menjalani bulan Ramadhan dengan stamina fisik dan ruh yang prima.



Sayang sekali, bulan Rajab udah lewat. Saya tidak terpikir bikin jurnal seperti ini pada bulan Rajab, karena terus-terang, bulan itu saya lewati dengan sia-sia, sibuk dengan urusan duniawiah melulu Sekarang, saya terinspirasi setelah baca jurnalnya Mbak Lea. Berikut ini, saya akan sarikan beberapa amalan bulan Sya’ban dari kitab Mafatihul Jinan (Kunci-Kunci Surga)-- ini yang saya tulis tidak lengkap, saya pilih yang rada enteng2 aja.



1. Setiap hari mengucapkan istighfar sebanyak 70 kali (astaghfirullaahal-ladzi laa ilaaha illal-Lah, huwar-rahmaanur-rahiim, al hayyul-qayyum, wa atuubu ilaih).

2. Setiap hari Kamis di bulan Sya’ban: sholat dua rakaat, tiap rakaat baca Al Fatihah dan 100 kali Al-Ikhlas. Selesai salam, baca sholawat (Allhumma sholli alaa Muhammad wa aali Muhammad) sebanyak 100 kali.

Pahala: Allah akan mengabulkan hajat (permohonan/doa) kita dan akan mengabulkan puasa yang kita lakukan di bulan Sya’ban ini.

3. Puasa 3 hari dalam bulan Sya'ban dan di malam harinya (setelah siangnya berpuasa) sholat sunnah sebanyak 11 rakaat (kayak sholat tahajud, 5 kali sholat--masing2 dua rokaat, ditambah satu rokaat witir), masing-masing baca Al Fatihah 1 kali dan Al Ikhlas 11 kali. Hari yang paling afdhal untuk puasa: hari pertama dan ketiga di bulan Sya’ban.

4. Malam ke-13: disunnahkan untuk sholat dua rokaat, masing2 baca Al Fatihah dan surat Yasin, Al Mulk, Al Ikhlas (kalau tidak hapal, ya kita sholat sambil pegang Quran atau letakkan Quran di atas meja di samping kita).

5. Malam ke-14: sholat yg no. 6 di atas dilakukan 2 kali (jadi keseluruhan ada 4 rokaat)

6. Malam ke-15: sholat yg no. 6 di atas dilakukan 3 kali (jadi keseluruhan ada 3 rokaat)

Barangsiapa yang melakukan amalan ini (no. 6,7,8), dia akan memperoleh keutamaan dari ketiga bulan mulia itu (jadi, ini amalan untuk bulan Rajab-Sya’ban-Ramadhan) dan Allah akan mengampuni seluruh dosanya kecuali dosa syirik/menyekutukan Tuhan

7. Sore hari ke-14 (berarti, menyambut malam ke-15), disunnahkan mandi (kayak mandi wajib itu loh, rambut juga dicuci), lalu sepanjang malam disunnahkan untuk sholat sunnah, baca Quran, dan zikir.

Salah satu zikir yang dianjurkan untuk dibaca pada malam ke-15: subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah, wal-Lahu akbar (sebanyak 100 kali)


Catatan: ini kan amalan sunnah, jadi, bisa dilakukan semampu kita. Misalnya, amalan no.6, kalau terasa berat, ya sudah, baca Al Ikhlas aja. Soal pahala biarlah urusan Allah. Yang jelas niatkan untuk mendekatkan diri pada Allah dan Rasul-Nya, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal ibadah kita. Yang penting, kita sudah berusaha menyiapkan mental dan fisik untuk menjalani bulan Ramadhan.


Tips: buat kaum perempuan (kata ustadzah di pengajian RT-ku) bisa sekalian dimanfaatkan untuk puasa qadha (jadi, niatnya sekalian untuk bayar utang puasa di tahun lalu)…sambil menyelam minum air
Nisfu artinya setengah atau seperdua, dan Sya’ban adalah bulan kedelapan dari tahun Hijriyah. Nisfu Sya’ban secara harfiyah berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban. Jika aku merujuk ke kalender Hijriyah, insya ALLOH besok kita akan tiba di malam ke-15 (pertengahan) dari bulan Sya’ban.

Sudah sejak lama aku mendengar keutamaan bulana Sya’ban ini. Diriwayatkan bahwa Rasululloh SAW bersabda “Bulan Sya’ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Ia adalah bulan diangkatnya amal-amal oleh Tuhan. Aku menginginkan saat diangkat amalku aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Nasa’I dari Usamah)

Riwayat lain yg serupa menuliskan: Dari Usamah bin Zaid berkata: Saya bertanya: “Wahai Rasululloh SAW, saya tidak melihat engkau puasa disuatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban”. Rasul saw bersabda:”Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa?i dan Ibnu Huzaimah).

Dari Aisyah ra. berkata,” Saya tidak melihat Rasululloh SAW menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR Muslim)

Dari hadits2 di atas, TIDAK DISEBUTKAN/TIDAK DICONTOHKAN Rasululloh SAW ‘memperingati’ malam nifsu sya’ban secara khusus.

Sedangkan hadits2 berikut:

“Wahai Ali, barang siapa yang melakukan sholat pada malam Nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, ia membaca setiap rakaat Al fatihah dan Qul huwallah ahad sebanyak sepuluh kali, pasti Allah memenuhi segala kebutuhannya … dan seterusnya.

Dari Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘anhu : jika datang malam Nisfu Sya’ban bersholat malamlah dan berpuasalah pada siang harinya **lengkapnya adalah sebagai berikut: Hadis yang diriwayatkan daripada Ali ra: ((Apabila tiba malam Nisfu Sya’ban, maka bangunlah kamu (menghidupkannya dengan ibadah) pada waktu malam dan berpuasalah kamu pada siangnya, karena sesungguhnya ALLOH SWT akan turun ke langit dunia pada hari ini bermula dari terbenamnya matahari dan berfirman: “Adakah sesiapa yang memohon ampun daripada-Ku akan Ku ampunkannya. Adakah sesiapa yang memohon rezeki daripada-Ku, akan Ku kurniakan rezeki kepadanya. Adakah sesiapa yang sakit yang meminta penyembuhan, akan Ku sembuhkannya. Adakah sesiapa yang yang meminta daripada-Ku akan Ku berikan kepadanya, dan adakah begini, adakah begitu dan berlakulah hal ini sehingga terbitnya fajar))..**

update: sumber hadits ini lemah:Hadis ini adalah maudhu’, diriwayatkan oleh Ibn Majah dan al-Baihaqi di dalam Syu’ab al-Iman. Rujuk Dhaifah al-Jami’ dan Silsilah al-Dhaifah oleh al-Albani, Dhaif Ibn Majah.

“Seratus rakaat pada malam Nisfi sya’ban (dengan membaca surah) Al ikhlas sepuluh kali (pada setiap rakaat) bersama keutamaan keutamaan yang lain”, diriwayatkan oleh Ad Dailami dan lainya.

Diriwayatkan daripada Ibn Umar ra bahwa Rasululloh SAW bersabda: ((Barang siapa membaca seribu kali surah al-Ikhlas dalam seratus rakaat solat pada malam Nisfu Sya’ban ia tidak keluar dari dunia (mati) sehinggalah ALLOH SWT mengutuskan dalam tidurnya seratus malaikat; tiga puluh daripada mereka mengkhabarkan syurga baginya, tiga puluh lagi menyelamatkannya dari neraka, tiga puluh yang lain mengawalnya daripada melakukan kesalahan dan sepuluh lagi akan mencegah orang yang memusuhinya)).

update: sumber hadits ini lemah:Hadis ini menurut Ibn al-Jauzi adalah Maudhu’. (Rujuk Ibn al-Jauzi, al-Maudhu’at, Dar al-Fikr, cet. 1983, 2/128). Imam al-Daruqutni pula meriwayatkan hadis ini daripada Muhamad bin Abdun bin Amir al-Samarqandi dan dia mengatakan bahwa Muhamad adalah seorang pendusta dan pembuat hadis. Pendapat ini juga sama seperti yang disebut oleh Imam al-Zahabi bahawa Muhamad bin Abdun terkenal sebagai pembuat hadis.

Diriwayatkan daripada Ja’far bin Muhammad daripada ayahnya berkata: ((Sesiapa yang membaca pada malam Nisfu Sya’ban seribu kali surah al-ikhlas dalam sepuluh rakaat, maka ia tidak akan mati sehingga ALLOH SWT mengutuskan kepadanya seratus malaikat, tiga puluh menyampaikan khabar gembira syurga kepadanya, tiga puluh menyelamatkannya dari neraka, tiga puluh akan mengawalnya dari berbuat salah dan sepuluh akan menulis mengenai musuh-musuhnya)).

update: sumber hadits ini lemah:Ibn al-Jauzi turut menghukum hadis ini dengan maudhu’


Semua hadits itu adalah PALSU/LEMAH, dengan kata lain TIDAK SHAHIH. Dari beberapa literatur, aku dapatkan bahwa Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan bahwa tidak ada satu hadits shahih pun mengenai keutamaan malam nisfu Sya’ban. Begitu juga Ibnu Katsir telah mendha’ifkan hadits yang menerangkan tentang bahwa pada malam nisfu Sya’ban itu, ajal manusia ditentukan dari bulan pada tahun itu hingga bulan Sya’ban tahun depan. **penulis: siapa yg bisa menjamin ajal manusia ditentukan dari bulan itu hingga bulan Sya’ban tahun depan? benar2 suatu kebohongan besar…!!**

Sayangnya, banyak kaum muslim yg mengerjakan hal2 yg TIDAK DICONTOHKAN RASULULLOH SAW, diantaranya:
- membaca surat Yasin,
- shalat sunnah dua raka’at dengan niat minta dipanjangkan umur, shalat dua raka’at dengan niat agar dimurahkan rezeki dan seterusnya.
- membaca lafaz do’a-do’a khusus yang -entah bagaimana- telah tersebar di banyak negeri meski sama sekali bukan berasal dari hadits/contoh Rasululloh SAW
(ketiga contoh di atas dirangkum dari Dr. Yusuf al-Qaradawi, jilid 1, m.s. 382-383, cetakan: Dar Uli al-Nuha, Beirut).

Kesimpulan:
- Rasululloh SAW hanya mencontohkan untuk MEMPERBANYAK PUASA/SHAUM di bulan Sya’ban (dg catatan, di bulan2 lain kita juga menyempatkan diri puasa. Jadi, BERPUASA TIDAK HANYA DI BULAN SYA’BAN)
- Rasululloh SAW TIDAK MEMBERIKAN CONTOH IBADAH LAIN di bulan Sya’ban, terutama MALAM NIFSU SYA’BAN

Klik disini untuk melanjutkan »»
.
0 comments

Klik disini untuk melanjutkan »»

Thursday, July 24, 2008

Al-Fatihah - Keistimewaan dan Fadilatnya

. Thursday, July 24, 2008
0 comments

SURAH ini dinamakan dengan berbagai nama seperti al-Fatihah, Um al-Kitab, as-Sab’ai al-Masthani dan lain-lain. Imam al-Qurtubi menghitung 12 nama Fatihah, sedangkan al-Alusi menyebut sebagian ulama mengira sampai dua puluh dua nama, sama ada secara tauqif daripada nabi atau ijtihad para sahabat.
Surah al Fatihah mempunyai tujuh ayat. Para ulama ijmak berbeda pendapat tentang masuk atau tidaknya kalimat basmalah dalam surah tersebut.
Surah al-Fatihah termasuk surah-surah Makkiah seperti yang dinyatakan oleh al-Wahidi dalam Asbab an-Nuzul dan ath-Tha’labi oleh Ibn Abi Syaibah, Abu Naim dan al-Baihaqi.
Ada pendapat yang menganggap surah ini termasuk surah Madaniah berdasarkan yang diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah, Abu Said bin al-A’rabi, at-Tabarani dari Mujahid dari Abi Hurairah : menangislah iblis ketika diturunkan al-Fatihah di Madinah.
Surah al Fatihah diturunkan dua kali, Mekah dan Madinah sebagai penghimpun antara riwayat-riwayat tersebut.
Nas-nas hadis yang menunjukkan banyak kelebihan surah al-Fatihah antaranya :
1. Sebesar-besar surah dari segi kelebihannya seperti riwayat al-Bukhari daripada Abi Said bin Mu’alla.
2. Tiada tandingan dan bandingan dengan surah-surah yang lain dan kitab seperti Taurat, Injil, Zabur dan al-Furqan daripada surah al-Fatihah seperti riwayat Imam Ahmad daripada Ubay bin Ka’ab.
3. Dua cahaya yang digembirakan oleh malaikat yaitu al-Fatihah dan penutup surah al-Baqarah seperti riwayat Muslim daripada Ibn Abbas.
4. Penyembuh penyakit seperti terkena patukan ular, kala jengking dan lain-lain. Ini dinyatakan al-Bukhari dan Muslim daripada Abi Said al-Khudri.
5. Kelebihan Fatihah jelas apabila diwajibkan dalam setiap rakaat solat seperti riwayat al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmizi daripada Abu Hurairah.
6. Penyembuh penyakit gila seperti riwayat Imam Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i, Ibn Sunni, Ibn Jarir, al-Hakim yang mensahihkannya daripada Kharijah bin as-Salt at-Tamimi daripada bapa saudaranya yang datang bertemu Rasulullah s.a.w. dan pulang, kemudian lalu di perkampungan yang terdapat seorang lelaki yang dirantai dengan besi lantas kata keluarganya: Adakah kamu boleh merawatnya, karena kamu datang daripada sahabatmu (Rasulullah s.a.w.) yang amat baik.
Aku pun membaca al-Fatihah selama tiga hari sebanyak dua kali pada waktu pagi dan petang setiap hari, aku hembuskan ke mukanya kemudian dengan izin Allah dia sembuh dan diberikan kepadaku 100 ekor kambing, aku datang kepada Rasulullah s.a.w. dan menceritakannya, sabda Rasulullah s.a.w : Makanlah, siapa yang berjampi dengan bathil? Sesungguhnya kamu berjampi dengan sebenarnya.
Inilah sebagian dari fadilat al-Fatihah.
Inti Pati dan Kandungan
Al-Fatihah mempunyai makna-makna al-Quran yang diasaskan dengan maksud-maksud secara ijmal, terdiri daripada usul ad-din dan cabang-cabangnya seperti akidah, ibadah, tasyri’, iktikad dengan Hari Akhirat, beriman dengan sifat-sifat Allah yang mulia, mengesahkannya dalam beribadat, meminta pertolongan dan doa. Selain itu memohon hidayah ke jalan yang benar di samping menetapkan iman dan jalan orang-orang solihin, menjauhkan daripada golongan yang dimurka Allah dan yang sesat. Maka dinamakan Um al-Kitab kerana menghimpun segala maksud-maksud asas.
As-Shahid Hasan al-Banna dalam risalahnya - Mukadimah fi at-Tafsir - berkata : Tiada syak siapa yang tadabbur al-Fatihah yang mulia ini pasti dapat melihat kayanya makna dan keindahannya serta keserasiannya, antara lain dapat dilimpahi cahaya pada hatinya.
As-Shahid Syed Qutb dalam tafsirnya - Fi Zilal al-Quran antara lain berkata: Sesungguhnya surah ini mengandung inti pati akidah Islamiyah tasawwur Islami, perasaan dan harapan doa kepada Ilahi yang diisyaratkan daripada hikmah pemilihan surah ini pada setiap rakaat solat.
As-Syeikh Abdul Rahman Habannakah al-Midani di dalam kitabnya Ma`arij at-Tafakkur membagi inti pati al-Fatihah menjadi empat, yaitu:
1. Asas iman yang wajib diimani hamba-hamba Allah yang diujinya ketika berkelana di dunia secara semestinya.
2. Tuntutan Allah terhadap hamba-Nya beribadat dan bergantung kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain.
3. Agama pilihan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang diuji, hanya sirat al-mustaqim yang dapat kemenangan yang disuruh pohon hidayah kepada-Nya.
4. Dua masa ujian, ujian di dunia dalam kehidupan semenjak lahir dan hingga kiamat terhadap tuntutan Allah.
Dinamakan Um al-Quran kerana merangkum segala inti pati al-Quran
Tafsir Ayat Pertama
Basmalah maksudnya: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Makna ayat ini ialah, akan memulakan menyebut nama Allah sebelum mengerjakan segala sesuatu dengan memohon pertolongan kepada Allah dalam segala urusan, kerana Allah bersifat Maha Perkasa di atas setiap sesuatu.
Ibn Jarir berkata: Sesungguhnya Allah mendidik nabi-Nya Muhammad s.a.w. dalam melakukan segala pekerjaan hendaklah memulainya dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia dan menjadikan sunah bagi sekalian makhluk-Nya baik dalam percakapan, surat, kitab dan hajat-hajat.
Jelas dengan arahan Allah dalam ayat pertama yang diturunkan dalam surah al-`Alaq. Allah menjadikan ayat ini mukadimah pada semua surah kecuali surah at-Taubah. Karena sebagian ulama berpendapat, surah at-Taubah mengkisahkan tentang perang atau hukuman Allah sedangkan kalimat basmalah ini untuk memohon rahmat.
Dicabut
Dinaskan dalam hadis riwayat Abu Daud dan Ibn Majah daripada Abi Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: Setiap sesuatu yang tidak dimulai dengan basmalah, ia akan terputus. Hadis ini dihasankan oleh an-Nawawi, maksud `terputus’ di sini adalah dicabut daripada kebaikan dan berkat.
Al-Alusi dalam kitabnya - Ruh al-Ma’ani berkata : Ulama khilaf adakah ayat ini khusus untuk umat ini atau tidak? Abu Bakar at-Tunisi menaqalkan ijma’ ulama bahawa Allah mukadimahkan setiap kitab-Nya dengan basmalah.
Dalam basmalah terdapat tiga nama Allah, iaitu Allah, ar-Rahman dan ar-Rahim. Allah adalah nama bagi zat yang wajib ada, yang segala alam bergantung dengan-Nya seperti firman Allah s.w.t : Hai manusia, kamu semua fakir (berhajat) kepada Allah, dan Allah bersifat Maha Kaya lagi Terpuji.
Satu-satunya nama yang dikaramahkan Allah ialah nama-Nya sendiri `Allah’ yang tidak disekutukan oleh makhluk apapun termasuk manusia yang Islam atau bukan, yang bertamadun atau tidak. Semuanya tidak ada yang memberi nama anak-anak mereka dengan nama Allah..
Perbedaan antara Allah dan ilah, yaitu Allah menunjukkan kepada nama khas bagi zat yang Maha Suci tidak disekutukan dengan yang lain, maksudnya Tuhan yang diabdikan dengan sebenarnya. Sebaliknya ilah menunjukkan umum, maksudnya ada tuhan selain Allah atau tuhan-tuhan lain yang bathil.
Ar-Rahman dan ar-Rahim menunjukkan rahmat Allah yang meliputi sekalian makhluk. Ar-Rahman dan ar-Rahim apabila disebutkan satu per satu memberi makna yang berbeda. Ar-Rahman lebih umum dan di dunia ini, sedangkan ar-Rahim khusus untuk ahli taat di Hari Akhirat. Sebaliknya apabila disebut ar-Rahman atau ar-Rahim sahaja, ia mewakili antara satu sama lain seperti pendapat Syeikh Abdullah Sirajuddin di dalam tafsir surah al-Fatihah.
Hikmah dikhususkan sebutan ar-Rahman dan ar-Rahim dalam basmalah karena beberapa perkara :
1. Supaya hamba-Nya tahu bahwa Allah Tuhan mereka bersifat Rahman dan Rahim untuk menjadikan mereka taat dan beribadah memohon kepada-Nya.
2. Nama ar-Rahman meliputi segala alam yang kesannya dapat dilihat dan dibuktikan. Dan semua makhluk seperti manusia, jin dan lain-lain diciptakan dengan rahmat Allah, dengan menghayati kalimat ini bertambah lagi ketaatan kita kepada Allah.
Ibadah - Matlamat Asal Ciptaan Jin dan Manusia
Tafsir Al-Quran & Asbabun Nuzul
AYAT ketiga (AR-RAHMAN AR-RAHIM). Maksudnya: Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dua sifat ini diambil daripada rahmat, ar-Rahman atas wazan - fa’lan - untuk menunjukkan lebih dan banyak, karena hendak diibaratkan dengan banyaknya rahmat.
`Ar-Rahman’ - sebagian ulama menganggap khusus untuk nama Allah dan tidak digunakan sifat yang lain, hampir-hampir menjadi nama khusus. `Ar-Rahim’ - juga diambil daripada rahmat, atas wazan - fa`ill - menunjukkan banyak tetapi lafaz `Rahman’ lebih banyak hurufnya daripada `Rahim’. Dan keputusan kaedah oleh ulama bahasa Arab bahwa bertambahnya binaan huruf menunjukkan bertambah maknanya.
Secara umumnya, Rahman memberi makna segala nikmat yang besar. Sedangkan makna Rahim segala nikmat yang indah walaupun kecil. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kedua lafaz ini memberi makna yang satu kecuali yang kedua menjadi penguat kepada yang pertama. Inilah pendapat as-Sobban dan al-Jalal. Tetapi pendapat ini daif. Ibn Jarir menegaskan, tidak ada di dalam al-Quran kalimat tambahan tanpa makna yang dimaksudkan. Himpunan antara ar-Rahman dan ar-Rahim karena beberapa alasan, yaitu:
- Penguat pujian kepada Allah dengan sifat rahmat-Nya yang memberi kesan kepada hamba-Nya.
- Meminta rahmat dan kasih saying, menunjukkan sangat suka dengan nikmat Allah, ihsan dan banyak karunia-Nya.
- Isyarat kepada rahmat-Nya dengan mengutus nabi akhir zaman sebagai rahmat untuk sekalian alam, termasuk menurunkan al-Quran dan lain-lain.
- Isyarat kepada sempurnanya rahmat Allah yang besar dan kasih sayang terhadap hamba-Nya di dunia dan akhirat.
Kebanyakan lafaz `Rahman’ digunakan dalam al-Quran meliputi rahmat kepada orang Islam dan bukan Islam. Sedangkan lafaz `Rahim’ digunakan untuk rahmat yang khusus bagi orang yang beriman. Dan banyak ayat `ar-Rahim’ datang dengan ibarat `al-Ghafur’ Maha Pengampun yang tidak dapat kecuali orang yang beriman. Inilah khusus al-Quran.
Himpunan antara ar-Rahman dan ar-Rahim adalah di atas jalan takhsis (khusus). Inilah pendapat Sheikh Abdur Rahman Habannakah dalam tafsirnya, Ma`arij at-Tafakkur. Ibn al-Qayyim berkata: Himpunan antara ar-Rahman dan ar-Rahim mempunyai makna yang cukup indah, yaitu ar-Rahman menunjukkan sifat yang berdiri bagi Allah, sedangkan ar-Rahim menunjukkan bergantungnya dengan apa yang dirahmatinya, seolah-olah yang pertama sebagai sifat dan yang kedua sebagai perbuatan. Kemudian beliau menambah noktah ini : Kamu hampir tidak mendapati pada mana-mana kitab. Inilah pendapat yang rajih mengikut ahli tahqiq.
Faedah sebutan ar-Rahman dan ar-Rahim selepas lafaz `Rab al-`alamin’ ialah lafaz Rab menggambarkan kebesaran, ketua dan kuasa. Boleh jadi tanggapan pandangan bahwa Rab ini amat keras tanpa belas kasihan terhadap hamba-Nya yang sudah tentu hatinya diselubungi perasaan takut dan putus asa. Sudah semestinya didatangkan dengan jumlah ini untuk mengesahkan bahawa Rab ini bersifat Rahman dan Rahim. Abu Hayyan dalam tafsirnya, Bahru al-Muhit berkata : Dimulakan dengan sifat rububiyah jika Rab dengan makna ketua, tuan atau pemilik yang berhak diabdikan. Jadilah itu sifat perbuatan baginya. Maka sifat Rahmaniah dan Rahimiah dinyatakan untuk membuka ruang cita-cita hamba dalam memohon keampunan sekalipun sudah tergelincir.
Ayat keempat (MALIKI YAUMID DIN). Maksudnya : Yang menguasai hari pembalasan. `Maliki’ dengan dipanjangkan `ma’ memberi maksud pemilik, sedangkan `ma’ tanpa dipanjangkan memberi maksud raja. Kedua bacaan ini mutawatir mengikut bacaan qurra’ yang sepuluh. Syeikh Abdul Rahman Habannakah berkata : Dua bacaan ini saling menyempurnakan dalam menunaikan makna yang dikehendakinya. Allah pada hari tersebut adalah raja pada setiap sesuatu dengan kerajaan-Nya yang besar, tanpa seorang sekutu dalam kerajaan-Nya walaupun dalam bentuk gambaran sekalipun. Allah juga pemilik pada hari tersebut yang tidak disertakan oleh makhluk apapun dalam pemilikannya.
`Yaum’ dengan makna hari, masa, zaman dikehendaki juga dengan setiap sesuatu padanya yang maddi atau maknawi. `Ad-Din’ bermakna agama atau disebut hari balasan dan penghisaban Allah terhadap hamba-Nya. Syeikh Sirajuddin berkata : Ayat ini menegaskan beberapa perkara:
- Ingatan kepada wujud dan benarnya hari ini sebagai pembalasan.
- Ingatan kepada amalan yang baik karena pasti dibalas sesuai amalan masing-masing.
- Hikmah yang sebenarnya, karena orang baik dan jahat tidak sama, justru hari ini sebagai pemisah.
- Dalil bahwa semua hamba yang mukalaf dikurniakan Allah akal, fikiran, ikhtiar dan kudrat yang memungkinkan bagi mereka melakukan kebaikan dan kejahatan. As-Syahid Syed Qutb mengibaratkan ayat ini dengan gambaran yang besar lagi mendalam berhubung dengan keseluruhan iktikad Hari Akhirat yang menjadi pemisah antara dua golongan manusia yang beriman dan yang ingkar. As-Syahid Hasan al-Banna menafsirkan bahawa jika perkara yang demikian, jadilah hamba yang mukalaf mencari kebaikan dan jalan yang selamat lebih penting daripada segala-galanya. Sabda Rasulullah s.a.w. di dalam hadis riwayat Ahmad, Tirmizi, Ibn Majah dan al-Hakim daripada hadis Syaddad bin Aus: “Orang yang cerdik ialah orang yang sentiasa muhasabah dirinya dan beramal untuk bekalan selepas mati.” Inilah juga kenyataan Umar al-Khattab : “Hisablah (hitunglah) dirimu sebelum kamu dihisab.”
Ayat kelima (IYYAKA NA’BUDU WA IYYAKA NASTA`IN). Maksudnya: Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
`Iyyaka na’budu’- Makna ayat ini seperti kata Ibn Abbas : Kami beribadah kepada-Mu dan tidak beribadah kepada yang lain. Kalimah `kepadamu’ didahulukan daripada kalimah `kami beribadah’, menunjukkan kesungguhan prihatin dan orang Arab mendahulukan yang paling penting daripada yang penting seperti jawaban al-Qurtubi. Didahulukan yang kena buat (maf`ul) daripada perbuatan memberi maksud terbatas dan takhsis kepada ini saja. Dalam ibarat yang lain - Ya Allah kepada-Mu saja kami beribadah dan kepada-Mu saja kami minta tolong. Bahasa yang digunakan adalah kami beramai-ramai (jamak) beribadah dan kami minta tolong, sedangkan mungkin pelaku ibadah seorang saja.
Abi Su’ud berkata : Ini karena pengiktirafan hamba betapa lalai dan cuainya dia ketika di depan di pintu Raja segala Raja (Allah) yang dimintanya pertolongan hidayah secara perseorangan, seolah-olah dia berkata : Hai Tuhan, aku hamba yang fakir lagi hina tidak layak untuk munajat-Mu secara bersendirian. Justru aku sertakan bersama ahli tauhid dan aku berdoa bersama mereka, maka terimalah doaku bersama mereka. Ini karena kami semua beribadah kepada-Mu dan meminta pertolongan dengan-Mu. Syeikh Abdullah Sirajuddin dalam tafsirnya menambah sebab lain yaitu, `kami’ digunakan pada ibadah dan meminta tolong sebagai iklan betapa berhajatnya semua untuk ibadah kepada Allah yang menciptakan mereka.
Ibadah di dalam bahasa ialah kehinaan, ketundukan dan kepatuhan. Pada syara pula ialah:
- Segala perbuatan dan perkataan hamba yang disyariatkan Allah dengan disertakan ketaatan dan ketundukan.
- Ibn Khatir mendefinisikan ibadah pada syara seperti himpunan kesempurnaan kasih sayang, tunduk dan takut.
- Ibn Jarir mendefinisikan ibadah ialah, taat, tunduk, patuh dan merendah diri sepenuhnya kepada Allah s.w.t.; mengakui dan meyakini bahawa Allah sajalah yang layak menjadi tumpuan segala ketaatan, tunduk patuh, merendah diri, takut dan mengharap.
- Al-Alusi juga mendefinisikan ibadah ialah, tahap tertinggi daripada segala ketundukan dan kepatuhan yang tidak mungkin berlaku dari segi syara dan akal mengerjakan ibadah selain-Nya.
Ibadah diasaskan kepada beberapa faktor:
- Ma’rifah kepada Allah dan iktikad keEsaannya.
- Taat kepada Allah dengan apa yang disuruh dan meninggalkan apa yang dilarang melalui Rasulullah s.a.w.
- Pemerhatian bahwa semuanya itu pelaksanakan kewajiban terhadap Allah seperti hadis Muaz yang bersama Rasulullah s.a.w. ditanya tentang hak Allah terhadap hamba dan hak hamba terhadap Allah.
Rahasia ibadah dan kesannya. Terdapat banyak kelebihan ibadah, antaranya:
- Mendekatkan diri kepada Allah.
- Dengan beribadah, hati, roh dan jasad hamba menjadi sebatin dalam ketaatan.
- Dengan beribadah dapat menukar pengabdian yang umum kepada yang khusus.
- Dengan beribadah hamba berada dalam pemeliharaan Tuhan.
- Mendapat kegembiraan dari Allah.
- Mendapat keamanan dari Allah.
- Dapat mengecapi kemanisan iman.
`Iyyaka nasta`in’- karena hamba semuanya fakir dan berhajat kepada Allah Yang Maha Kaya, Kuasa dan Sempurna, maka permintaan hendaklah diadukan kepada-Nya juga. Hadis Mu’az, Nabi bersabda: “Ya Mu`az, aku kasih kepadamu, aku wasiatkan supaya kamu jangan meninggalkan doa ini selepas solat, `Ya Allah tolonglah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan baik dalam beribadah kepada-Mu’.” (Hadis riwayat Ahmad dan Abu Daud).
Meminta doa dan pertolongan kepada Allah merupakan arahan Allah dan Rasul-Nya melalui nas-nas al-Quran dan hadis.
Hikmah didahulukan ibadah daripada meminta tolong ialah:
- Ibadah adalah hak Allah, sedangkan meminta tolong adalah permintaan mereka.
- Doa yang didahulukan dengan ibadah amat mustajab, seperti doa orang berbuka puasa ketika berbuka adalah mustajab kerana ia dilakukan selepas beribadah, iaitu ibadah puasa.
- Ibadah merupakan amanah yang besar yang dipikul oleh manusia, meminta tolong kepada Allah niscaya Allah menolongnya sehingga dapat ditunaikan hak ibadah dan dapat keluar daripada kezaliman dan kejahilan.
- Konsep ibadah merupakan asal matlamat ciptaan jin dan manusia, justru perlaksanaannya dengan meminta doa dan meminta pertolongan kepada Allah hingga akhir hayat.
Sirathal mustaqim - mengapa kita meminta hidayah?
AYAT keenam (IHDINAS SIRATHAL MUSTAQIM). Maksudnya : Tunjukkilah kami jalan yang lurus. Ibnu al-Jauzi melalui tafsirnya, Zad al-Masir menyebut empat pendapat pada maksud ihdhina.
1. Thabit dan tetapkan kami sebagaimana pendapat Ali dan Ubay.
2. Tunjukkan kami.
3. Taufiqkan kami.
4. Ilhamkan kami.
Hidayah dalam al-Quran mengandung beberapa makna :
- Hidayah umum bagi semua makhluk.
- Hidayah petunjuk dan mengetahui kebaikan.
- Hidayah taufiq, ilham dan masuk ke dalam hati.
Yang dimaksudkan hidayah di sini ialah ketiga hidayah.
Selesai memuji Allah amat sesuai meminta seperti firman Allah dalam hadis qudsi: Separuh untuk-Ku dan separuh lagi untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku apa yang diminta.
Inilah keadaan yang paling sempurna selepas puji. Kemudian meminta hajat menjadi lebih mudah ditunaikannya seperti pendapat Ibn Kathir.
Sirathal Mustaqim. Sirath dibaca dengan sad atau sin mengikut qiraat mutawatir. Dinamakan sirath karena perjalanan mudah tanpa menelusuri kepayahan dan kesibukan.
Lafaz sirath menunjukkan syariat, hukum-hukum, nasihat dan peringatan, segala keterangan agama yang berkaitan dengan akhlak hamba yang zahir dan batin dalam kehidupan dunia beribadat untuk Tuhan mereka.
Ibn Jarir berkata : Ijmak ummah daripada ahli tafsir semuanya bahwa sirathal mustaqim ialah jalan yang terang yang tidak bengkok.
Kemudian ulama berselisih pada mentafsirkan sirath, yaitu jalan. Sekalipun kembali kepada satu saja yaitu mengikut bagi Allah dan Rasul, ada riwayat menyebut kitab Allah.
Di sini disenaraikan makna lain bagi sirath:
1. Mujahid mentafsirkannya dengan kebenaran.
2. Kitab Allah seperti riwayat Ali daripada Nabi s.a.w.
3. Agama Islam seperti pendapat Ibn Mas’ud, Ibn Abbas, al-Hasan, Abu al-Aliah dan lain-lain.
4. Jalan yang membawa petunjuk kepada agama Allah, seperti riwayat Abu Soleh daripada Ibn Abbas dan pendapat Mujahid.
5. Jalan ke syurga seperti yang dinaqalkan daripada Ibn Abbas.
Persoalannya kenapa orang Islam meminta hidayah, sedangkan mereka telah diberi hidayah?
Terdapat tiga jawaban di sini:
1. Maksudnya, tunjukkan kami sentiasa di atas sirathal mustaqim, dibuang perkataan sentiasa seperti pendapat Ibn al-Anbari.
2. Maksudnya, thabit dan tetapkan kami di atas petunjuk.
3. Maksudnya tambahkan untuk kami hidayah.
Hidayah merupakan kurnia Allah yang paling besar untuk hamba-Nya. Dengan hidayah-Nya, perjalanan berubah dari suasana yang penuh dengan maksiat kepada limpahan cahaya iman dan ketaatan, yang akhirnya membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sirathal-mustaqim ialah jalan yang dipilih Allah untuk dirinya dalam perlaksanaan segala takdir, dan pilihan untuk hamba-Nya daripada agama.
Sirathal mustaqim merupakan jalan Rasulullah s.a.w. dan para nabi dahulu, dan inilah jalan yang diiltizamkam oleh golongan yang diberikan nikmat Allah daripada kalangan nabi-nabi, siddiqin, syuhada dan orang-orang solihin.
Berjalan di atas sirathal mustaqim memerlukan kepada dua perkara asas :
1. Sentiasa istiqamah, thabit dan tetap dalam melakukan perkara fardu dan sunat serta menjauhi daripada yang haram dan larangan
2. Keikhlasan yang benar dan tawajjuh kepada Allah Tuhan Rabbul `Alamin.
Riwayat Imam Ahmad dan Ibn Majah kadhi Thaubaa bahawa Nabi s.a.w. bersabda, Istiqamahlah kamu dan jangan menghitung, dan ketahuilah sesungguhnya sebaik-baik amalanmu ialah solat. Dan tidak menjaga wuduk kecuali orang yang beriman.
Riwayat Imam Ahmad daripada Anas, sabda Rasulullah s.a.w., Tidak istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya, dan tidak istiqamah hatinya sehingga istiqamah lidahnya.
Imam Muslim meriwayatkan hadis Sufian bin Abdillah al-Thaqafi, bertanya Nabi s.a.w. tentang Islam yang tidak pula ditanya kepada orang lain lagi, sabda Rasulullah s.a.w., Katakanlah, Aku beriman dengan Allah kemudian istiqamah. maka gabungan daripada hidayah, iman dan istiqamah dalam kehidupan Muslim merupakan inti pati kejayaannya dalam mengikut sirathal mustaqim.
Ayat ketujuh (SIRATHAL LAZINA AN`AMTA `ALAIHIM GHAIRIL MAGHDHUBI `ALAIHIM WA LADDHAALIN)
Maksudnya: (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Sirathal lazina an`amta `alaihim. Selepas diminta hidayah sirathal mustaqim, diulang lagi maksudnya sebagai penguat dan tafsiran jalan yang diberikan nikmat oleh Allah.
Allah sendiri mentafsirkan nikmat kurniaan-Nya kepada golongan tertentu seperti maksud firman-Nya dalam surah an-Nisa’ ayat 69 dan 70 maksudnya :
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahkan nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para siddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang soleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah kurnia dari Allah, dan Allah maha mengetahui.
Golongan yang mendapat nikmat Allah :
1. Para nabi dan rasul.
2. Para siddiqin.
3. Para syuhada.
4. Para solihin.
5. Para orang yang baik.
As-Syaukani berkata, diumumkan lafaz nikmat supaya dapat dimasukkan semua.
Ayat ini sebagai dalil bahawa sebesar-besar nikmat Allah kepada hamba-Nya ialah nikmat hidayah dan taufiq kepada iman.
Karena nikmat yang begitu banyak tidak mungkin dihitung seperti yang diketahui.
Amin - Penutup segala doa
GHAIRIL MAGHDHUBI `ALAIHIM WA LADHAALIN. Setelah disebutkan golongan ahli nikmat diatas, maka berikut adalah dua golongan yang terkecuali yaitu:
1. Golongan yang dimurkai Allah.
2. Golongan yang sesat. Ibn Qutaibah berkata : Sesat ialah hairan dan menyimpang daripada kebenaran.
Riwayat at-Tirmizi menyebutkan bahawa Rasulullah s.a.w. menamakan golongan yang dimurkai ialah Yahudi dan golongan yang sesat ialah Nasrani. Hadis ini seperti kata at-Tirmizi - hasan gharib. Tafsiran ini dikuatkan dengan riwayat Abdul Razzak.
Ibn Kathir berkata : Begitu juga pendapat Ibn Abbas, ar-Rabi’ bin Anas, Abdul Rahman bin Zaid bin Aslam dan lain-lain.
Ibn Abi Hatim berkata : Aku tidak tahu di kalangan mufassirin yang menyalahi tafsiran ini.
Amalan
Ibn Kathir membedakan antara golongan yang mendapat nikmat dengan golongan yang tidak, yaitu jalan ahli iman berdasarkan kepada kebenaran ilmu dan beramal dengannya. Sedangkan Yahudi melupaskan amalan dan Nasrani menghilangkan pedoman ilmu. Maka layaklah laknat ditimpa kepada Yahudi dan kesesatan bagi Nasrani.
Ini kerana golongan yang tahu dan meninggalkan apa yang disuruh selayaknya dimurkai, berbeda dengan yang tidak mengetahui, disangkanya benar tetapi bukan sebenarnya, ini adalah sesat.
Sebenarnya kedua-dua golongan ini Yahudi dan Nasrani adalah sesat dan dimurkai, kecuali sifat yang lebih murka kepada Yahudi dan sesat bagi Nasrani kerana thabit dengan nas-nas hadis dan athar.
Ayat ini membahagikan tiga golongan manusia :
1. Golongan yang mendapat nikmat Allah.
2. Golongan yang mendapat kemurkaan Allah.
3. Golongan yang sesat dan menyimpang daripada ajaran Allah.
Moga-moga Allah masukkan kita dalam golongan nikmat-Nya dengan sentiasa dapat hidayah dan taufik di atas landasan yang sebenarnya.
Kenapa Allah menisbahkan kepada-Nya pada nikmat, seperti ayat `yang telah Engkau kurnia nikmat’ tetapi pada kemurkaan dan kesesatan tidak dinisbahkan kepadaNya seperti `yang Engkau telah murka dan sesatkan ?’
As-Syeikh as-Sobuni di dalam Sofwah at-Tafasir menjawab : yang demikian itu untuk mengajarkan hamba beradab dengan Allah, yaitu kejahatan dan keburukan tidak dinisbahkan kepada Allah secara beradab.
AMIN, maksudnya : Perkenankanlah.
Menurut sunah, selepas dibaca al-Fatihah hendaklah dibaca `amin’ berdasarkan dalil riwayat Ashab as-Sunan, Imam Ahmad dan lainnya daripada Wail bin Hujr daripada Rasulullah s.a.w. yang menyuruh dibaca panjang `aamin’.
Dalam riwayat Muslim, Abu Daud, an-Nasai dan lainnya daripada Abi Musa al-Asy’ari, sabda Rasulullah s.a.w.: Apabila pada ayat akhir Fatihah, maka letakkanlah `amin’ niscaya diterima Allah bagimu.
Imam an-Nawawi berkata: Ini gesaan yang amat besar agar diaminkan. Kelebihannya jelas berdasarkan riwayat Syaikhan, Ashab as-Sunan dan lainnya daripada Abi Hurairah bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda : Apabila imam menyebut amin, hendaklah kamu aminkan bersama, kerana siapa pun yang aminnya bersamaan dengan amin malaikat, niscaya diampunkan baginya dosa yang terdahulu.
Menurut ulama, amin diartikan dengan “Ya Allah terimalah doa kami”. Inilah pendapat al-Hasan dan az-Zajjaj.
Ia boleh dibaca panjang atau pendek mengikuti bahasa Arab.
Al-Hafiz al-Munziri berkata : Dikatakan amin merupakan satu nama daripada nama-nama Allah. Inilah juga pendapat Mujahid, Hilal bin Yasaf dan Ja’far bin Muhammad.
Dan dikatakan maknanya : Ya Allah perkenankan.
Kalimah
Ada pendapat menyatakan maksud amin ialah, begitulah yang diharap. Seperti yang dihikayatkan Ibn al-Anbari daripada Ibn Abbas dan al-Hasan.
Ulama-ulama nahu menyatakan amin sebagai fi`el (nama perbuatan). Ia kalimah yang bukan daripada al-Quran secara ijmak. Maka disunatkan memisahkan antaranya dengan akhir surah al-Fatihah dengan berhenti seketika.
Mengikut riwayat Abu Daud dengan sanad yang hasan daripada Abi Zuhair an-Namiri, sahabat Rasulullah s.a.w. yang apabila mendengar orang berdoa ia berkata: khatamkanlah doamu dengan amin kerana amin seperti cop di atas surat.
Ini dikuatkan lagi dengan riwayat ad-Dailami daripada Anas yang menyebut: barang siapa yang mengkhatamkan bacaan Fatihah dengan amin, niscaya Malaikat memohonkan ampun kepada-Nya.
At-Tabarani di dalam kitabnya ad-Doa’, dan Ibn Mardawaih dengan sanad yang daif daripada Abi Hurairah berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Amin, khatam Tuhan Rab al-Alamin di atas lisan hamba-hamba-Nya yang beriman.
Al-Allamah al-Munawi dalam syarah hadis ini berkata: Dengan makna bahawa amin mencegah doa dari rusak dan ditolak, seperti materai di atas surah menegah daripada dizahirkan ke tangan orang yang tidak semestinya.
Orang-orang yang menghendaki sesuatu dan mengaminkannya secara bersama akan mendapatkannya dengan doa.
Inilah yang diriwayatkan daripada Abdul Razzak, Ibn Jarir dan Abu as-Syeikh daripada Ikrimah katanya : Nabi Musa berdoa sedangkan Nabi Harun mengaminkan dan Allah memakbulkan untuk kedua-duanya.
Bacaan Fatihah menjadi syarat sah solat mengikut kebanyakan ulama seperti Malik, Shafie dan Ahmad. Sedangkan Mazhab Hanafi dan Abu Thur menganggap tidak wajib, tetapi riwayat Bukhari dan Muslim, hadis Ubadah bin as-Somit daripada Nabi s.a.w. sabdanya : Tidak sah solat tanpa bacaan Fatihah. Maka pendapat jumhur lebih kuat dari segi dalilnya.
Selepas menyelami makna-makna dan maksud di balik ayat demi ayat dalam al-Fatihah, didapati kalam Allah tidak mungkin dapat difahami dengan sepenuhnya oleh akal manusia sekalipun kebijaksanaannya dikurniakan. Inilah mukjizat al-Quran.
Makna dan maksud yang tinggi nilainya dan fahamannya merumuskan dasar-dasar kehidupan Muslim sama ada dari segi akidah, iman, syariat, akhlak hingga kepada tawajjuh kepada-Nya dalam permohonan hidayah dan istiqamah di atas jalan yang lurus.
Mukadimah dengan sebutan nama Allah sebagai pembuka bicara dan perbuatan orang-orang Islam yang hanya bergantung kepada-Nya saja dalam harapan dan pertolongan.
Luapan dari lubuk hati kesyukuran yang mutlak kepada Allah di atas segala nikmat-Nya dijelmakan dalam ayat yang kedua.
Sifat-sifat Tuhan dipaparkan satu persatu untuk menggambarkan kekuasaan, kebesaran, kerahmatan, pemilikan mutlak dan kerajaan pada Hari Pembalasan.
Pengistiharan kehambaan untuk diabdikan hanya kepada-Nya saja, begitu juga permohonan dan pertolongan diungkapkan selepas lidah dibasahi dengan pujian.
Kemudian pengkhususan permohonan hidayah dilafazkan supaya sentiasa thabit di atas keimanan dan perjalanan orang-orang solihin. Tambahan dengan penjelasan hidayah kepada golongan yang Allah kurniakan nikmat.
Sebaliknya meminta berlindung daripada golongan yang dimurka dan sesat dalam menjalani kehidupan dan dijauhi daripada jalan-jalan mereka agar sentiasa dalam inayah Allah s.w.t. Terangkum di dalamnya kisah umat terdahulu
Termakbul
Ditutup dengan khatimah doa - amin, semoga segala kehendak itu termakbul dan dimustajabkan Allah. Maka dari itu surah ini dinamakan Um al-Kitab kerana terkandung di dalamnya segala maksud-maksud asas.
As-Syeikh Hasan al-Banna dalam penutup tafsir surah al-Fatihah mengungkap kata: Bersungguh-sungguhlah kamu membaca dalam solat dan lainnya dengan perlahan dan penuh perhatian, khusyuk dan menghinakan diri, berhenti di setiap kepala ayat (tempat waqaf) dan berilah hak-hak bacaan mengikut tajwid tanpa menyusahkan dan memayahkan diri sehingga banyak menyibukkan lafaz-lafaz dari makna-makna. Ini dapat membantu kefahaman dan tiadalah sesuatu yang lebih manfaat untuk hati daripada membaca al-Quran dengan tadabbur dan khusyuk.

Klik disini untuk melanjutkan »»
 

© Copyright 2007-2008. Namablog.com . All rightsreserved | namablog.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com